Jazz Rasa Bali

Written By Unknown on Minggu, 26 Januari 2014 | 10.20

TEMPO.CO, Jakarta - Kabarnya jazz itu berasal dari Amerika Serikat. New Orleans, kota yang berada di ujung Selatan Amerika, disebut-sebut sebagai kota kelahiran jazz. Seiring berjalannya waktu, musik ini menjalar ke seantero Amerika, bahkan hingga ke luar negeri Abang Sam itu, termasuk Indonesia.

Jazz juga punya keturunan di Indonesia. Salah satunya yang dimainkan oleh grup musik asal Bali, Gustu Brahmanta Trio.Tiga sekawan Ida Bagus Putu Brahmanta (drum), Ida Bagus Indra Gupta (kontra bas), dan I Wayan Suastika (rindik), menggantungkan jazz pada nada-nada yang dihasilkan alat musik tradisional rindik asli Bali.

Rindik adalah alat pukul yang terbuat dari bambu. Tangga nada yang dihasilkan rindik berbeda dengan alat musik konvensional seperti gitar dan piano. Larasnya terbatas pada nada-nada pentatonik. "Dalam bahasa Bali disebut laras pelog," kata Gustu.

Boleh dibilang, cara mereka memperlakukan jazz membuat Trio Gustu Brahmanta menjadi istimewa. Mereka tak asal comot atau sekadar mereplika nada-nada jazz Amerika. Gustu membuat sesuatu yang baru dari musik jazz. Ibarat bangunan, Gustu meletakkan jazz sebagai pondasi yang tertanam di bawah tanah. Di atas permukaan tanah adalah hal yang benar-benar baru dan khas: jazz yang dituntun oleh laras pelog dari rindik.

Menurut Gustu, dalam orkestra gamelan tradisional Bali minimal terdapat 10 pemain dan belasan alat musik. Sekurang-kurangnya di atas panggung ada gamelan, gong, kelenang, ceng-ceng, dan pereret pengasih-asih, serta rindik.  "Bisa juga sampai 20 pemain," ujarnya.

Gustu sengaja tak menyertakan alat-alat musik lain, karena ingin menampilkan kesan minimalis. "Rindik juga bisa mewakilkan nada dalam orkestra Bali," katanya.

Untuk menambah kesan Bali dalam musiknya, Gustu juga memodifikasi drum dengan menambah kelenang dan kelenong. Kelenang itu diberi pedal pemukul dan dimainkan dengan kaki.

Dalam membuat lagu, Gustu biasanya membuat melodi dulu dalam kepala. Melodi itu pertama-tama diterjemahkan ke dalam bebunyian drum, seterusnya dibagi kepada Wayan yang bermain rindik. Betotan bas Indra biasanya paling akhir dibuat. "Bas mengikuti drum dan rindik," Gustu menjelaskan.

Tiap lagu dalam album Putri Cening Ayu ini terinspirasi dari cerita-cerita rakyat Bali. Hanya dua lagu yang bukan bikinan trio Gustu, yakni Foot Prints in Pentatonic dan St Thomas in Pentatonic. Putri Cening Ayu bercerita tentang anak perempuan yang ingin ikut ibunya belanja lauk-pauk ke pasar. Namun si anak tak dibolehkan ikut, sehingga ia di rumah saja menunggu ibunya.

Album Putri Cening Ayu dibuka dengan Jenggot Uban, lagu anak yang populer di Bali. Aransemen lagu itu unik karena nadanya khas Bali. Tampak sekali betotan bas Indra mengikut alunan nada yang dipimpin rindik.

Begitu juga dengan lagu Legong Keraton, Gustu memberi porsi yang lebih utama pada rindik. Bas dan drum diberi peran sebagai pengiring. Kontra bas merangkum permainan gong dan degung dalam orkestra Bali. Resep yang sama digunakan dalam Uber Barong. Hanya saja permainan Gustu lebih terasa berat dalam tembang ini. Kecepatan orkestra gamelan Bali juga tergambar dalam Uber Barong.

Lewat tujuh lagu dalam Putri Cening Ayu, Gustu Brahmanta Trio berhasil memadukan jazz dengan musik Bali tanpa ada kesan memaksa. Ternyata,  jazz dan pelog juga bisa selaras, serta menghasilkan sensasi musik yang memikat.

ANANDA BADUDU

------------------------------

Album: Putri Cening Ayu

Musikus: Gustu Brahmanta Trio

Label: Demajors

Rilis: September 2013

Daftar lagu:

1. Jenggot Uban

2. Foot Prints in Pentatonic

3. Legong Keraton

4. Putri Cening Ayu

5. Uber Barong

6. St Thomas in Pentatonic

7. Curik-curik

 


Anda sedang membaca artikel tentang

Jazz Rasa Bali

Dengan url

http://pensiaktraksi.blogspot.com/2014/01/jazz-rasa-bali.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Jazz Rasa Bali

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Jazz Rasa Bali

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger