Ngayogjazz 2012, Swasembada Jazz di Riuh Hujan  

Written By Unknown on Selasa, 20 November 2012 | 10.20

Selasa, 20 November 2012 | 09:03 WIB

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tanah di Desa Brayut, Kecamatan Pandowoharjo, Sleman, basah. Hujan baru saja reda saat Jemek Supardi tampil di panggung Keprak. Tangannya bergerak mengikuti irama saksofon. Di bawah rimbun pohon bambu, di belakang kandang ayam milik keluarga Mbah Sami, 70 tahun, seniman pantomim Yogyakarta itu menandai dibukanya Ngayogjazz 2012 pada Ahad lalu, 18 November 2012.

Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu yang membuka acara itu. Dia berharap pesta tahunan keenam itu tidak terganggu hujan. Sebab, sebelumnya, hujan sangat deras mengguyur lereng Merapi dan sekitarnya sehingga pembukaan Ngayogjazz tertunda, yang semula dijadwalkan pukul 13.00, sampai pukul 14.50.

Pentas pertama diisi Sound of Hanamangke, grup musik asal Bandung, dengan personel Bintang Manira Manik (drum dan perkusi), Yudi Taruma Di Swara (kecapi dan vokal), Wawan Kurniawan (kendang, tarawang, dan deejureeju), Daeng Rendy (gitar), dan Lutfi Aditya (bas). Mereka memainkan kolaborasi jazz, pop, dan blues dengan sentuhan musik etnik Pasundan.

Harapan memang tak selalu terwujud. Mendung tebal yang menggelayut akhirnya tumpah menjelang magrib dan hujan deras pun terus turun hingga malam. Anehnya, penonton tak surut, tapi justru semakin banyak meski mereka harus berdiri di tanah becek dan berteduh di bawah payung.

Ada enam panggung di pesta musik jazz di tengah desa itu, yakni panggung Keprak, Luku, Caping, Pacul, Lesung, dan Ani-Ani. Semua ada di pekarangan, halaman, dan rumah milik warga. Di panggung Lesung, tampil kelompok Sinten Remen—pimpinan Djaduk Ferianto, Proyek Presiden (Yogyakarta), Balikpapan Jazz Lover, Aljabar (Semarang), I Know Well Miss Clara (Yogyakarta), Blue Batik Replika (Pekalongan), serta Syaharani and Queenfireworks.

Di panggung Pacul ada Lampung Jazz Society, Gubuk Jazz (Pekanbaru), Komunitas Jazz Purwokerto, Idang Rasjidi, Barry dan Benny Likumahuwa, serta Jazz Gudangan. Tampilan berbeda ada di panggung Ani-Ani, yakni di pendapa rumah Jawa milik warga. Di situ tampil pianis Erik Shondy dan Rio Sidik; juga musikus Amerika berdarah Cina, Jen Shyu; serta Toninho Horta dari Brasil.

Koordinator Ngayogjazz, Djaduk Ferianto, mengatakan bahwa setelah beberapa tahun rutin digelar, saatnya Ngayogjazz menuai hasil tahun ini. Musik jazz mulai memiliki tempat di hati masyarakat. Dulu, hanya sedikit pemusik jazz yang dikenal dapur rekaman, kini mereka mulai membuat album sendiri.

Karena itu, tema yang diusung kali ini, "Dengan Ngejazz Kita Tingkatkan Swasembada Jazz". Sebuah pelesetan dari jargon yang kerap digunakan pemerintah. Satu kelompok jazz bahkan meluncurkan album baru dalam acara itu, yakni Komunitas Jazz Jogja. "Tahun kemarin menanam, sekarang waktunya panen," katanya.

Ini memang bukan pesta musik biasa. Sebab, penyelenggara melibatkan potensi ekonomi warga Dusun Brayut yang dikenal sebagai desa dengan kerajinan aksesori dan seni budaya lokal. Budi Utomo, aktivis Desa Wisata Brayut, mengatakan bahwa masyarakat Desa Brayut sangat antusias. "Bisa dibilang ini promosi gratis. Kami tidak harus membayar mahal," kata Budi.

ANANG ZAKARIA

Terpopuler:
Rowan Atkinson akan "Bunuh" Karakter Mr Bean
Lapak Rezeki di Seputar Panggung Ngayogjazz
Ekspresi Jiwa Nana Melalui Bunga
Pameran Fotografi Kerajaan Gula di Yogyakarta
Film 360, Lingkaran Cerita Tentang Cinta dan Sunyi
Love In Paris Siap Hingga 70 Episode


Anda sedang membaca artikel tentang

Ngayogjazz 2012, Swasembada Jazz di Riuh Hujan  

Dengan url

http://pensiaktraksi.blogspot.com/2012/11/ngayogjazz-2012-swasembada-jazz-di-riuh.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Ngayogjazz 2012, Swasembada Jazz di Riuh Hujan  

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Ngayogjazz 2012, Swasembada Jazz di Riuh Hujan  

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger