Djakarta Artmosphere, Dua Generasi Satu Panggung

Written By Unknown on Jumat, 09 November 2012 | 10.20

Jum''at, 09 November 2012 | 07:02 WIB

TEMPO.CO , Jakarta: Apa jadinya jika lagu legendaris Widuri dibawakan penyanyi asli Bob Tutupoly, tapi dengan irama reggae dan bossas? Bagaimana pula bila lagu Kasih dan Walau dalam Mimpi—yang beirama bossa nova dinyanyikan Ermy Kulit dengan iringan musik Zeke Khaseli? Zeke dulu pernah membentuk grup Zeke and The Popo, yang beraliran folk dan psikedelik.

Jika penasaran, datang saja ke Balai Sarbini besok malam. Sebuah pertunjukan musik bertajuk "Djakarta Artmosphere" bakal digelar di sana. Tak cuma menyatukan para penyanyi dari generasi berbeda di panggung yang sama, pergelaran musik tahunan ini juga memadukan dua genre musik yang berbeda. Para penyanyi lintas generasi dan genre ini disatukan dalam irama musik yang penyatuannya sendiri dianggap punya keunikan dan nilai historis.

Penyanyi Bob Tutupoly misalnya. Penyanyi yang kini berusia 73 tahun dan sudah memasuki dapur rekaman sejak 1959 itu bakal tampil satu panggung dengan Shaggydog. Shaggydog adalah band asal Yogyakarta yang dibentuk Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik, dan Yoyo pada 1997. Band yang memadukan beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing, dan rock n' roll,itu sudah merilis lima album.

Dua generasi berbeda itu akan disatukan lewat ekspresi dan musik. "Kami didekatkan dengan musik dan akan 'klik' dengan gaya musik swing," kata Heru, personel Shaggydog. Rencananya, selain membawakan lagu mereka sendiri, Shaggydog akan menampilkan dua lagu yang pernah dipopulerkan Bob, yakni Dimana dan Mengapa Tiada Maaf.

Djakarta Artmosphere juga bakal menyandingkan dua musisi rock dari dua generasi berbeda—Benny Soebardja dan The S.I.G.I.T.—yang sama-sama berasal dari Bandung. Benny dikenal sebagai rocker senior dari band Sharkmove dan Giant Step, yang di era 1970-an lebih senang menyanyikan lagu karya sendiri ketimbang lagu-lagu tribute to bands.

Ada juga kelompok The Upstairs, yang dikenal sebagai new wave and synthpop band. Kelompok musik yang dibentuk pada 2001 itu akan bersanding dengan Andy Ayunir—yang dikenal banyak memakai synthesizer dalam olahan musiknya. Kedekatan mereka sebelumnya terjadi ketika Andy pernah terlibat sebagai produser album The Upstairs, Energy, pada 2006.

Djakarta Artmosphere digelar mulai 2009 dengan konsep merekatkan dua generasi. Menurut Denny Sakrie, konser ini tidak bertujuan memamerkan sensasi, melainkan digelar sebagai sebuah dokumentasi musik Indonesia.

Mengutip kata-kata Bob Tutupoly, "Kami pernah mengisi sejarah musik Indonesia dan anak-anak muda ini sedang berkembang bakat musiknya. Setiap era memiliki keistimewaan sendiri. Yang penting jangan jadi pengekor."

Karena itu, Djakarta Artmosphere yang keempat ini siap kembali mencatat sejarah baru.

EVIETA FADJAR

Terpopuler:
Di Film Terbaru, James Bond Biseksual? 
Rihanna dan Chris Brown Duet di Album Unapologetic
Edane Akan Buka Konser Sepultura di Kutai
Musik Lintas Generasi Djaksphere Hadir Lagi 
Sepultura Janjikan Konser Beda dari 20 Tahun Lalu


Anda sedang membaca artikel tentang

Djakarta Artmosphere, Dua Generasi Satu Panggung

Dengan url

http://pensiaktraksi.blogspot.com/2012/11/djakarta-artmosphere-dua-generasi-satu.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Djakarta Artmosphere, Dua Generasi Satu Panggung

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Djakarta Artmosphere, Dua Generasi Satu Panggung

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger